2009/06/19

Kuliah Bagi Pengangguran


Motivasi Siswa untuk melanjutkan studinya di perguruan tinggi sangat beragam. Secara umum, ada dua motivasi yang melatarbelakanginya.Pertama, siswa yang benar-benar ingin mengembangkan profesionalisme keilmuannya.


Siswa yang sewaktu SMA memilih Program IPA kemudian ia ingin mendalami lebih lanjut tentang ilmu IPA maka ia berniat untuk kuliah di fakultas MIPA atau yang mendekati ilmu itu. Bagi siswa SMK Jurusan Manajemen Bisnis, maka ia memililih program studi di Fakultas Ekonomi, dan sebagainya.


Alasan kuliah seperti ini patut didukung dan diarahkan. Hal ini disebabkan siswa tersebut merupakan siswa yang benar-benar ingin belajar lagi dalam rangka memperdalam ilmu yang sudah dimiliki. Yang penting, jurusan yang diambil merupakan jurusan yang benar-benar sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Jangan sampai jurusan yang diambil adalah jurusan “rendahan” yang penting masuk PTN tanpa peduli jurusan yang diambil. Padahal ternyata jurusannya tidak “prospek” di masa depan.


Sedangkan motivasi kedua, adalah daripada menganggur di rumah, lebih baik kuliah. Hal ini biasanya bagi mereka yang ketika lulus SMA/SMK belum memiliki “konsep hidup” yang jelas. Mereka bingung mau kuliah dimana, mau mengambil jurusan apa, mau bekerja juga belum ada yang menawari, sehingga agar tidak kelihatan sebagai pengangguran, biasanya lalu memutuskan untuk kuliah. Kampus yang di pilih biasanya pun kampus “kecil” yang tidak terlalu banyak aturanmacem-macem. Jurusan yang di pilih juga ngawur, tidak mempertimbangkan bagaimana prospeknya di masa depan. Akibatnya, akan banyak lahir generasi pengangguran professional yang terdidik.


Alasan motivasi kedua inilah yang sebenarnya akibat dari kegagalan pendidikan kita. Seharusnya, konsep pendidikan yang dibangun memiliki tujuan jangka panjang yang jelas. Bagi SMK, maka lulusannya harus benar-benar dirancang sebagai Tenaga terampil yang sudah siap kerja (pencipta lapangan pekerjaan), bukan dirancang sebagai pelamar kerja. Bagi SMA, maka lulusannya harus dirancang agar dapat melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi.


Kondisi pendidikan kita masih berantakan padahal UNESCO sudah memiliki visi untuk pendidikan dengan belajar berpikir, belajar hidup, belajar bagaimana berbuat dan bekerja, belajar bagaimna tetap hidup, dan belajar untuk hidup bersama-sama. Jadi, pendidikan tidak terbatas pada transfer pengetahuan tetapi juga membekali siswa dengan kesiapan untuk hidup di tengah masyarakat.


Di kutip dari Harian SURYA, Sabtu 12 Juli 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar