2009/09/05

Ratusan Calon Mahasiswa Yang Tidak Tertampung Di Gel.3


Mohon Maaf, Semua Kelas Sudah Penuh

Terpaksa Harus Menunggu Masuk

Di Gel.4 Bulan November 2009

Kami mohon maaf bagi ratusan calon mahasiswa yang tidak tertampung di Gel. 3, terpaksa harus menunggu masuk Gel. 4 bulan November 2009, karena kelas baru untuk Gel.3 sudah melebihi kuota. Semua ruang kelas penuh, sampai tidak muat. Kuliah dengan waktu yang singkat, tidak membuat orang ragu akan kualitas & lulusannya. Dengan membanjirnya mahasiswa yang masuk ke SHS, itu merupakan bukti kualitas, prestasi & reputasi SHS , serta kepercayaan orang tua pada SHS semakin besar.

Kalau sekarang banyak PTS & Lembaga Pendidikan masih sibuk menjaring calon mahasiswa, SHS malah kebanjiran mahasiswa, kelas pagi & sore di SHS sudah penuh. Dapat dilihat bahwa SHS tidak pernah sepi peminat dan selalu meningkat jumlahnya. Sebagai bukti Kualitas & Reputasi SHS.

Mutu SHS memang tidak di ragukan lagi, bukti yg paling nyata yakni semua lulusan SHS tertampung di sejumlah sektor lapangan pekerjaan . Lebih dari 10.000 lulusan, sekitar 50 %, bekerja di luar negeri seperti hotel berbintang di Amerika Serikat , Eropa, Asia hingga Australia serta lulusan SHS juga bekerja di sejumlah kapal pesiar kelas dunia. Sementara di dalam negeri, lulusan SHS juga mendapatkan tempat yang cukup strategis

A. Gel.I Tahun Ajaran 2010 - 2011 Sudah Banyak yg Daftar

Bahkan , untuk Gel.I tahun ajaran 2010-2011, yang perkuliahannya akan dimulai pada bulan Juni 2010, sudah banyak yg mendaftar mulai dari sekarang, padahal mereka saat ini masih di kelas 3 SMA dan baru saja mulai masuk Sekolah, mereka ingin kuliah yang singkat & mudah dapat pekerjaan setelah lulus SMA tahun depan.

Mereka khawatir tidak dapat tempat, maka mereka segera daftar sejak awal sekarang ini.

B. Murah Berkualitas

Bagi orang tua calon mahasiswa SHS yg waiting list di gelombang berikutnya, mereka mau menunggu karena mereka menyadari bahwa pendidikan Perhotelan yg berkualitas hanya di SHS. Kuliah dengan biaya murah, singkat tapi kualitas tetap no.1. Kurikulum dengan materi yg lebih beragam di bandingkan sekolah Perhotelan yg lain, serta di dukung 90% Instruktur praktisi hotel bintang 4 & 5. Selain itu fasilitas ruang praktek di SHS lengkap di sesuaikan dengan standart hotel bintang 4 & 5.

Biayanya sangat murah dibandingkan dengan Materi & praktek2 yang diberikan. Materi & praktek yg diberikan sangat banyak serta bermutu. Biaya sudah termasuk semuanya, tidak perlu biaya apa2 lagi. Tidak ada uang gedung, uang pangkal, uang semester / SPP.

C. Waspadai “ Jaminan Kerja “ Bohongan

Jika ada sekolah yg memberikan “ jaminan kerja” , bisa jadi itu hanya “ bohongan “. Biasanya sekolah yg memberikan jamina kerja , biaya kuliahnya mahal karna bila kerja, gaji yg diterima adalah biaya kuliah yg di bayarkan dan masa kerja hanya 3 bulan saja setelah itu akan diberhentikan dng berbagai alasan.

D. Surat “ Jebakan “ dari “ Sekolah yg Tidak Jelas “

Hati2 bila menerima surat Jebakan dari Sekolah yg Tidak Jelas. Maksudnya adalah, jika anda tidak pernah tahu, mendengar bahkan mendaftar langsung ke sekolah tersebut tapi tiba2 anda mendapatkan surat “ Selamat anda diterima di Sekolah……….” . Jika anda mendapatkan surat tersebut, maka sebaiknya anda waspada, karna biasanya sekolah yg seperti itu adalah sekolah yg kualitasnya jelek, tdk laku, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan mahasiswa

E. Sekolah Kurang Peminat, Bagaimana Kualitasnya…..????

Sekolah yg kurang peminat, menandakan kualitasnya perlu dipertanyakan lagi, karena jangan2 mahasiswanya nanti yg jadi korban. Biasanya jumlah mahasiswa sedikit mengakibatkan lembaga mengalami banyak kesulitan untuk menutupi biaya2 operasionalnya sehingga yg paling mudah dijadikan korban adalah mahasiswa.

Anda berminat melanjutkan ke Sekolah Perhotelan…??

KELAS BARU TA 2009 - 2010

Gel. 4 masuk 11 November 2009

Gel. 5 masuk Maret 2010

Daftar Segera Sekarang juga

KULIAH SINGKAT- KERJAPUN DAPAT

2009/07/21

PTN Bukan Lagi Sekolah Murah

21 Juli 2009


TINGGINYA biaya pendidikan di kampus-kampus negeri sedikit banyak menggeser paradigma masyarakat bahwa

kuliah tidak lagi harus di PTN.


Menurut Kepala Humas Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nasrullah SSos MSi, semenjak kuartal 2005 pola pikir masyarakat mulai berubah, bahwa perguruan tinggi swasta sama baiknya dengan PTN. Apalagi sekarang biaya kuliah di PTS tak jauh berbeda dari PTN. Bahkan beberapa jurusan di PTS biaya masuknya lebih murah.


Misalnya untuk jurusan psikologi UMM calon mahasiswa harus membayar Rp 8,450 juta. Sedangkan di Universitas Brawijaya (UB) Rp 12.135 juta dan Unair Rp 17,5 juta. “Namun, penyebabnya bukan hanya besarnya biaya pendidikan di PTN. Tapi, masyarakat mulai berpikiran terbuka, bahwa beberapa PTS punya kualitas yang sama baik dengan PTN,” ujar Nasrullah.


Parameternya, adalah jumlah peminat UMM yang terus berkembang tiap tahun. Ada lebih dari 1.800 pendaftar yang gagal masuk UMM karena harus bersaing ketat masuk kampus di perbatasan Kota Malang dan Dau ini. “Catatan kami tahun ini, 2.000 mahasiswa masuk UMM tanpa mendaftar PTN. Itu sedikit banyak menunjukkan, bagaimana masyarakat sudah lagi tak tergila-gila masuk PTN,” ungkapnya.


Menurut Nasrullah, masyarakat seharusnya tidak keburu memandang PTN lebih baik. “Bandingkan dulu secara fair. Kalau akreditasi kami sama dengan PTN, itu artinya kualitas kami sama,” kata dosen ilmu komunikasi ini.


Pernyataan berbeda disampaikan Ketua Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Ubaya Budi Hartanto ST MSc. Menurutnya baik PTS maupun PTN sekarang ini berlombalomba memberikan yang terbaik bagi calon mahasiswa. Hanya cara yang digunakan masing-masing perguruan tinggi berbeda.


“Untuk tetap menjadi salah satu universitas swasta favorit, Ubaya terus melakukan pembenahan dan peningkatan mutu,” katanya.


Sementara Humas UPN Veteran Surabaya Dra Diana Amalia MSi menuturkan saat ini pihaknya tidak ambil pusing dengan besarnya biaya perkuliahan di PTN. Karena UPN memosisikan diri membantu dan tidak membebani calon mahasiswa dengan biaya yang mencekik.


“Saingan UPN bukan lagi PTS saja, tapi juga yang negeri. Dan untuk mengatasinya, UPN terus melakukan program dengan jalan memberi keringanan bagi para mahasiswa golongan I, mereka merupakan keluarga dari TNI, PNS, Dephan. Tapi juga tidak membebani golongan II (umum) dengan biaya yang besar. Selisih antara golongan I dan II tidak terlalu jauh,” jelas Diana.


Misalnya saja untuk jurusan komunikasi, UPN hanya mematok Rp 7 juta untuk gelombang II jalur umum. Sedangkan komunikasi Unair untuk jalur PMDK umum calon mahasiswa baru harus menyumbang minimal Rp 12 juta.



Dikutip dari harian SURYA - Selasa, 21 Juli 2009

Kuliah Mahal Siapa Mau?


Banyak Jalur Banyak Biaya

21 Juli 2009


“Maunya Si Tole masuk kedokteran. Tapi saya berpikir ulang memasukkannya, sumbangannya begitu besar, apa mampu kami?” ujar seorang ibu. “Nggak apa-apa Jeng. Sumbangan besar, kalau sudah jadi dokter, sekali periksa pasien berapa?”


Dialog itu meluncur di sebuah pertemuan arisan ibu-ibu. Masalah pendidikan kini membuat para orangtua pusing. Jika dulu anak berotak cemerlang, mau memilih jurusan apapun di perguruan tinggi negeri (PTN) manapun tidak soal. Asal bias lolos tes masuk, biaya ringan.


Sejak munculnya BHP (Badan Hukum Pendidikan), PTN seperti leluasa menghimpun dana, termasuk dari penerimaan mahasiswa baru di luar jalur resmi. Selain ada SNMPTN, yaitu tes masuk PTN resmi dari pemerintah, PTN juga menyelenggarakan tes masuk sendiri yang namanya bermacammacam. Misalnya, Universitas Airlangga (Unair) memakai nama tes PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan), Universitas Brawijaya (UB) Malang SPMK (Seleksi Program Minat dan Kemampuan), dan Universitas Jember (Unej) dengan PMDK dan UM-Unej (Ujian Masuk Unej).


Tes masuk jalur ini sudah digelar jauh sebelum SNMPTN dilaksanakan, bahkan ada yang dibuka sebelum pengumuman Unas SMA/SMK. Tes dilaksanakan melalui beberapa gelombang. Gelombang terakhir dilaksanakan menjelang pengumuman SNMPTN. Peserta jalur non-SNMPTN ini harus menyumbang yang jumlahnya bervariasi. Di Unair misalnya, sumbangan yang disebut SP3 (Sumbangan Pembinaan dan Peningkatan Mutu Pendidikan) berkisar antara Rp 10 juta hingga Rp 150 juta. SP3 untuk pendidikan kedokteran umum di Unair merupakan ‘rekor’ sumbangan minimal tertinggi untuk PTN di Jatim.


Sementara di Universitas Brawijaya (UB) Malang, kedokteran umum juga menempati ranking teratas dengan Sumbangan Pengembangan Institusi Pendidikan (SPIP) minimal Rp 125 juta. Pendidikan yang sama di Universitas Negeri Jember (Unej) lebih murah lagi, hanya Rp 75 juta.


ITS Surabaya sebagai satusatunya lembaga tinggi bidang engineering, juga menerapkan sistem sumbangan pada pemerimaan mahasiswa barunya, meskipun biayanya tidak terlalu tinggi seperti Unair. ‘Hanya’ berkisar Rp 30 – 45 juta saja. Setiap calon mahasiswa ketika mendaftar harus mengisi besarnya biaya sumbangan yang akan dibayar, dengan jumlah minimal yang sudah ditentukan. Saat mereka dinyatakan lolos tes, mereka harus membayar lunas sumbangan tersebut beserta biaya-biaya lainnya.


Mengapa biaya menuntut ilmu di lembaga pendidikan milik pemerintah begitu mahal? Ketua Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru Unair, Soebianto Soegeng mengatakan, SP3 ditetapkan berdasarkan kebutuhan masing-masing fakultas. “Semua sudah melalui persetujuan senat dan pimpinan universitas,” ujar Soebianto.


Meskipun demikian, besarnya SP3 yang sanggup dibayarkan calon mahasiswa tidak mempengaruhi peluang diterimanya calon mahasiswa. Berpengaruh atau tidak sumbangan terhadap peluang lolos tes, para calon mahasiswa yang ingin mengadu nasib di jalur ini, peminatnya cukup banyak.


Dikutip dari harian SURYA - Selasa, 21 Juli 2009

Miskin Dilarang Sekolah

Selasa, 21 Juli 2009

KETUA Dewan Pendidikan Jatim Prof Dr Zainuddin Maliki menilai tingginya biaya kuliah merupakan dampak dari privatisasi perguruan tinggi negeri (PTN) sebagai Badan Hukum Pendidikan (BHP).

Dengan BHP ini, PTN harus mengelola sendiri sumber daya yang dimiliki. Karena subsidi dari pemerintah tidak lagi diberikan secara penuh. Hanya biaya investasi dan gaji dosen saja yang masih disubsidi pemerintah. “Makanya tak heran kalau biaya kuliah di PTN saat ini lebih mahal dari PTS,” ujarnya, Jumat (17/7).

Bahkan biaya kuliah di PTN makin melambung tinggi ketika perguruan tinggi menerapkan hukum pasar, setelah tingginya animo calon mahasiswa untuk masuk dan di terima di PTN. Akibatnya hanya calon mahasiswa kaya saja yang dapat kuliah. Calon mahasiswa miskin tersingkir. Sebagaimana dijelaskan dalam teori Darwinisme sosial, bahwa yang dapat bertahan adalah yang kuat.

Mahalnya biaya kuliah itu membuat kesempatan masyarakat miskin mengenyam pendidikan tinggi sangat kecil. Ini menjadi sebuah ironi, ketika orang miskin di negeri ini jumlahnya lebih dari 15 persen. “Makanya ada pernyataan bahwa orang miskin di negeri ini dilarang sekolah dan pandai,” tegasnya.

Agar masyarakat punya peluang yang sama untuk menikmati pendidikan tinggi, kata Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) ini, pemerintah harus menerapkan beberapa langkah. Pertama meningkatkan daya beli masyarakat. Tidak membuat kebijakan yang memicu turunnya daya beli sehingga membuat ekonomi masyarakat kecil makin kedodoran.

Kedua, membuat skema pemberian bea siswa atau bantuan pendidikan untuk mahasiswa dari keluarga miskin। Namun beasiswa itu jangan dikaitkan dengan prestasi. Sebab, orang miskin yang cerdas jumlahnya hanya 10 persen. “Saat ini untuk jadi pintar butuh biaya. Dan yang dapat melakukan itu hanya orang kaya saja. Dalam kondisi inilah, negara harus menyediakan anggaran sosial untuk menggratiskan biaya pendidikan bagi warga negara,” tukasnya


dikutip dari harian SURYA - Selasa, 21 juli 09


2009/06/24

Jus, Tak Semua Sehat



S
iapa
yang tidak suka minum jus buah. Warnanya cerah dan terang, rasanya manis, dan baik untuk kesehatan. Tapi tunggu dulu, tidak semua ahli gizi berpendapat demikian. Meski jus kaya akan vitamin, tapi jangan tutup mata pada bahayanya.



YANG BOLEH

Bila Anda ingin memetik manfaat dari segelas jus, para ahli gizi menyarankan Anda untuk mengonsumsi jus sayuran. Kandungan likopen dalam tomat telah diteliti mampu mengurangi risiko kanker prostat. Campuran beberapa jenis sayuran yang dijus juga menjadi sumber serat dan mengontrol rasa lapar. Selain itu, kadar gula dalam jus sayuran lebih sedikit dan hanya mengandung sedikit kalori. Cocok untuk mereka yang sedang diet.


YANG TERLARANG

Berhati-hatilah pada minuman yang termasuk dalam juice cocktail, juice drink atau juice flavored beverage. Ketiga jenis minuman itu biasanya hanya mengandung sedikit buah asli. Bahan utamanya adalah air, gula, dan sirup rasa buah. Jus dalam kategori ini tak lebih baik dari softdrink, yang tinggi gula dan kalori tapi rendah nutrisi. Penelitian menunjukkan minuman ini akan menyebabkan kegemukan pada anak.


PILIH-PILIH BUAH

Bagaimana dengan jus buah murni yang tidak ditambah pemanis? Sebagian ahli berpendapat jus buah murni kaya akan vitamin C dan antioksidan untuk melawan penyakit. Masalahnya jus buah secara alami juga sudah mengandung gula dan kalori. Misalnya saja jus apel yang kadar gulanya setara dengan permen. Demikian juga dengan semangka yang mengandung banyak gula.

Bila Anda khawatir pada kandungan gula dalam jus, pilihlah jus buah delima. Meski banyak mengandung gula dan kalori, namun sangat kaya antioksidan. Riset menunjukkan delima mengandung zat yang efektif untuk melindungi fungsi otak dan mencegah kanker.

Buah-buahan dalam keluarga berry, seperti cherry, blueberry, dan cranberry, sangat disarankan karena efektif meningkatkan sistem imun tubuh. Beberapa studi juga menunjukkan buah berry mengandung anti peradangan dan anti kanker. Minum jus cherry sebelum dan setelah berolahraga bisa mengurangi rasa sakit pada otot akibat aktivitas fisik.

Bagaimana dengan jus orange yang jadi favorit banyak orang? Kabar baik, jeruk merupakan sumber vitamin C, yang merupakan juara dalam meningkatkan sistem imun. Tak cuma itu, orange juice juga mengandung kalsium dan vitamin D untuk menguatkan tulang. Sangat disarankan bila Anda mengurangi gula saat membuat jus ini.


Dikutip dari harian SURYA, 23 Juni 2009

Sehat dengan Jus Sayuran

Jus tidak terbuat dari buah-buahan saja. Seiring dengan merebaknya gaya hidup sehat, jus sayuran pun kian diminati. Asal bahan dan racikan sesuai, rasa getir dan bau langu pada sayuran tidak terasa. Sisanya, minuman segar yang menyehatkan tubuh.

APA yang masuk ke dalam tubuh adalah penentu kondisi kesehatan. Meski sibuk, sempatkan berolahraga sembari konsumsi bahan makanan yang menyehatkan. Tubuh pun tetap fit di tengah kesibukan pekerjaan.

Bartender Sheraton Surabaya Hotel and Towers Cahyo Winadi membuat kombinasi antara sayuran dan buah supaya jus sayuran terasa segar dan enak di mulut. “Bahan intinya terdiri dari bubuk kayu manis, nanas, lemon, dan madu,” kata Cahyo.

Keempat bahan tersebut dicampur dengan sayuran. Sayuran jenis apa saja yang bisa dibuat minuman jus? Kubis merah, kubis putih, wortel, tomat, selada, sawi hijau (bok choi), sawi putih, mentimun, hingga paprika.

Namanya juga golongan cabai, ada rasa getir agak pedas pada jus paprika. Tetapi mampu disamarkan oleh lemon dan nanas yang membuat rasa dan aroma racikan jus jadi segar.
Nah, jus paprika ini bisa dibuat dari paprika kuning, merah, atau hijau. Karena berasa pedas, jus paprika mampu membuat mata terbuka lebar di pagi hari, cocok untuk mengawali aktivitas sehari-hari.

Asal tahu saja, paprika ini banyak mengandung vitamin A, B, C, kalsium, potasium, dan fosfor. Manfaatnya seabreg, bisa menurunkan kolesterol dan kadar gula darah. Mengobati infeksi hidung dan telinga, sinusitis, serta tenggorokan. Termasuk mengobati luka, keseleo, dan memar. Jika ada masalah infeksi saluran pencernaan, paprika pilihannya.

Nanas dan lemon juga berfungsi menghilangkan bau langu pada sawi hijau. Mungkin awal mencium baunya agak tidak doyan, tetapi begitu mencicipi rasanya, Anda bakal ketagihan. Sebab, jus sawi hijau terasa segar seperti jus mentimun.

Mentimun dan sawi hijau mengandung serat tinggi serta kaya vitamin dan mineral. Keduanya bisa melancarkan saluran pencernaan dan mencegah konstipasi/sembelit. Mentimun bermanfaat baik untuk kesehatan kulit, mendinginkan suhu tubuh, dan mengobati tekanan darah tinggi.

“Sawi hijau seperti paprika, dapat mengobati penyakit telinga,” kata Cahyo. Kelebihan lainnya, sayuran ini bisa digunakan untuk mengobati influenza, rematik, nyeri sendi, bisul, luka memar, serta gangguan saluran kencing.

Cahyo juga berkreasi dengan kubis merah. Warnanya merah maroon dan terasa enak. Kubis merah bisa untuk menghambat pertumbuhan tumor serta mencegah kanker usus dan lambung.

Berbagai jus sayuran ini baik bagi mereka yang mengalami masalah pencernaan, infeksi saluran pernapasan, sariawan, menurunkan kadar kolesterol, batuk, dan mencegah penyakit jantung. Sebab, nanas dan lemon sebagai bahan utama memiliki manfaat tersebut. ida

Jus Sayuran
Bahan:

100 Gr sayuran (sesuai selera)
50 Gr nanas
30 Ml air lemon
30 Ml madu
Bubuk kayu manis dan air matang secukupnya

Membuatnya: blender semuanya jadi satu, jika suka sajikan dingin atau langsung suguhkan.

Dikutip dari harian SURYA, 21 Juni 2009

2009/06/19

Unas Vs Lulus


LULUS, satu kata yang sangat dinanti bagi setiap siswa yang telah melewati masa sulit karena Ujian Nasional (Unas). Begitu juga dengan kelulusan SMA yang telah disampaikan di hampir semua SMA dan sederajatnya. Tak semua siswa SMA mendapatkan pengumuman kelulusan di sekolahnya.

Masih ada kasus yang menyeret siswa untuk bersabar menanti pengumuman. Mulai dari pemberitaan yang menyiarkan bahwa terdapat sekolah di Kabupaten Malang yang menunda pengumuman karena terdapat puluhan siswa mendapat nilai kosong, yang tentunya membuat harap-harap cemas orangtua dan murid itu sendiri.

Kontroversi diperkirakan karena ada nilai-nilai di bawah empat sehingga hasil pengumuman tidak dikeluarkan. Ada kemungkinan lain, yaitu salah kunci jawaban saat pemindaian lembar jawaban soal.

Pada tahun ajaran 2008/2009 ini, hasil Unas di Jawa Timur mengalami penurunan. Tentunya kembali pada faktor individual masing-masing siswa, dalam hal ini yang dimaksud adalah persiapan, antara satu siswa dengan lainnya pasti berbeda. Persiapan yang dilakukan sangat berpengaruh pada kesiapan mereka ketika Unas.

Selain faktor individu, faktor eksternal individu, yaitu dari lingkungan sekitar siswa. Misal, dari pihak sekolah, guru, dan orang tua. Pihak sekolah tentu telah menyiapkan serangkaian latihan-latihan soal yang harus dikerjakan dan dikuasai oleh siswa dalam rangka mencapai indikator keberhasilan yang akan diujikan melalui Unas.

Guru juga pasti memotivasi anak didiknya semaksimal mungkin agar mereka semua lulus, apalagi dengan hasil yang memuaskan. Begitu pula peran orang tua. Pasti tiap orang tua akan mendorong anak-anaknya untuk belajar tekun demi melewati Unas dan bisa lulus dengan baik.

Unas memang selama ini menjadi kontroversi di antara pakar pendidikan. Unas dianggap tidak mampu memetakan kemampuan siswa sebenarnya. Proses pendidikan yang dilakukan siswa selama 3 tahun tidak bisa hanya dinilai dalam 3 hari atau paling lama dalam seminggu.

Banyak siswa melakukan jalan pintas yang dekat dengan kecurangan dalam proses pengukuran kompetensi melalui Unas. Misalnya, satu sekolah yang harus mengulang mengikuti Unas karena ratusan siswanya tidak lulus.

Setelah ditelusuri penyebab tidak lulus ini adalah karena mereka mengisi lembar jawaban berdasarkan jawaban yang disebarkan melalui SMS. Padahal, tentu saja, tidak ada yang meyakini apa memang SMS yang dikirimkan kepada mereka merupakan SMS yang tidak menyesatkan.

Kesemuanya ini semoga bisa menjadi bahan evaluasi bagi kita, utamanya bagi siswa
yang masih akan menghadapi Unas di tahun yang akan datang bisa melakukan persiapan
yang lebih baik untuk menghadapi Unas selanjutnya.

Oleh Ella Lalfakhiroh
Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Negeri Malang

Di kutip dari Harian Surya online – Rabu, 17 Juni 09

Sarjana Syarat Mencari Kerja


Seyogianya, kuliah di manapun tidak menjadi masalah. Sebenarnya yang menjadikan kita sukses bukan hanya label perguruan tinggi, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana usaha kita untuk menjadi sukses. Coba Anda hitung, berapa banyak mahasiswa di perguruan tinggi favorit yang sukses.

SNMPTN mulai buka pendafaran dari 15 s/d 26 Juni 2009. Tentunya berbondong-bondong pendaftar menyerbu loket pendaftaran. Keinginan untuk mengikuti SNMPTN benar-benar menjadi jalur favorit para siswa SMA, yang ingin melanjutkan studi di PTN setelah jalur PMDK yang mereka tempuh.

Lanjut studi di perguruan tinggi, khususnya di PTN, menjadi cita-cita para pelajar lulusan SMA sejak dulu hingga sekarang. Siapa yang tidak berbangga diri, ketika dirinya diterima diperguruan yang berlabel internasional, apalagi masuk PTNternama di Indonesia dan menjadi urutan perguruan terbaik di dunia, tapi tidak memandang apakah dia akan memiliki dalil internasional pula.

Ijazah SMA rasanya tidak ada artinya kalau tidak menambah ijasah minimal Strata-1. Apalagi sekarang, sarjana syarat utama untuk melamar pekerjaan. Tidak jarang ketika para lulusan SMA banyak yang merangkap jalur masuk perguruan tinggi.

Semisal kemarin ikut jalur PMDK, sebagai umpan kedua mereka juga mendaftar SNMPTN, atau bahkan mendaftar jalur regular yang biayanya cukup lebih mahal dibanding jalur PMDK dan SNMPTN.

Ketika pengumuman kelulusan binggung ketika penguruan tinggi yang dipilih pertama tidak diterima, tetapi pilihan perguruan tinggi kesekian kali yang diterima. Akhirnya, keterpaksaan masuk perguruan tinggi pun dilakukan.

Ada yang masuk perguruan tinggi negeri tetapi pilihan jurusannya tidak sesuai, ada yang kampusnya tidak sesuai, ada yang terpaksa masuk di PTS karena tidak lulus tes seleksi di jalur apapun di PTN.

Akhirnya, ungkapan “Saya sebenarnya salah alamat untuk kuliah di sini.” sering dilontarkan mereka sebagai wujud penyesalan ketika ditanyai teman kuliahnya. Penyesalan inilah yang sering terjadi.

Kuliah tidak serius lagi. Pada akhirnya ini berimplikasi pada kelulusannya yang lebih parah tidak sesuai harapan. Sebenarnya, sarjana sebagai syarat melamar kerja, tetapi sarjana sebagai syarat menjadi penganguran.

Sadar atau tidak, bahwa kemampuan mereka terbatas. Seyogianya, kuliah di manapun tidak menjadi masalah. Sebenarnya yang menjadikan kita sukses bukan hanya label perguruan tinggi, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana usaha kita untuk menjadi sukses.

Coba Anda hitung, berapa banyak mahasiswa di perguruan tinggi favorit yang sukses. Berapa persen jumlah mahasiswa sekarang ini, dan bandingkan jumlah mahasiswa yang suskes?

Mungkin kita tidak pernah menyadari atau mungkin tidak pernah mengukur seberapa besar kemampuan kita untuk meraih sesuatu. Hingga cita-cita yang kita inginkan tidak tahu. Apakah kita akan mampu meraihnya dengan segelintir kekuatan yang kita punyai saat ini?

Silakan saja Anda mencoba. Asalkan usaha Anda juga maksimal. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Walhasil, ketika kita sukses menjadi sarjana terbaik, tentu, pekerjaan tidak perlu kita cari, tetapi pekerjaan yang mencari kita.

Oleh Bayu Tara Wijaya
Mahasiswa UIN-Malang


Di kutip dari Harian Surya online – Rabu, 17 Juni 09

Ribuan Pencari Kerja Serbu Bursa


SURABAYA - SURYA Ribuan pencari kerja memburu lowongan kerja yang tersedia pada Bursa Kerja di Balai Pemuda kemarin, (16/6). Menurut catatan panitia dari MMP (My Master Promo), bursa kerja yang digelar pada 16-18 Juni tersebut telah dihadiri sekitar 1.000 pada hari pertama. MMP optimistis pada hari kedua jumlah pencari kerja yang memburu lowongan di Job Fair akan lebih besar.

Panitia memasang target jumlah pengunjung per hari sekitar 1.000 hingga 1.500 orang. Pengunjung yang mencari kerja tidak dipungut biaya masuk.

“Biasanya pada hari kedua jumlah pencari kerja akan lebih besar. Apalagi perusahaan yang ikut bursa cukup dikenal masyarakat luas misalnya Danamon, Pepsi, Alfa dan Mcdonald,” kata Nadia Praticia, salah satu panitia, Senin (16/6).

Bursa kerja tersebut diikuti oleh 40 perusahaan dari berbagai sektor usaha. Di antaranya perbankan dan jasa keuangan, expor-impor, ritel hingga perusahaan pelayaran.

Dalam bursa kerja tersebut, panitia menyediakan ruangan khusus bagi perusahaan menggelar tes psikologi. Perusahaan yang ingin segera melakukan proses rekrutmen pegawai dapat menggelar tes psikologi dan wawancara di lokasi bursa kerja. Namun pencari kerja harus lebh dulu memenuhi semua syarat berkas lamaran sesuai ketentuan perusahaan.

Sebagian besar pencari kerja yang memadati bursa kerja tersebut adalah para sarjana yang baru menyelesaikan kuliahnya antara 1-2 tahun. Namun ada pula beberapa pencari kerja yang saat ini sudah bekerja di perusahaan-perusahaan swasta yang ada di Surabaya. Mereka berusaha mencari pekerjaan baru dengan harapan mendapat penghasilan yang lebih baik dan status karyawan tetap.ytz

Puluhan bahkan ratusan Info kerja yang ada di SHS, hal itu bisa anda lihat di website shs, info lowongan kerja tersebut di berikan secara gratis kepada mahasiswa maupun masyarakat umum, anda berminat??? silahkan hub. Sekretariat shs !!!

Di kutip dari Harian Surya online – Rabu, 17 Juni 09

Upah Dipotong Agency, Makan Ambil Jatah Kantor


Berniat mencari ilmu dan pengalaman di Singapura, mahasiswa asal SurabayaFebi Defiani harus hidup nelangsa. Berikut laporan wartawan Jawa PosASTANTO AL BUDIMAN yang belum lama ini menemui Febi cs di pondokannya di Singapura.

SORE itu di sebuah kos-kosan berlantai empat di kawasan Geylang, Singapura,Jawa Posmenemui Febi Defiani. Mahasiswa asal Surabaya tersebut sudah limabulan mengikuti program magang di sebuah restoran di Bukit Datok, cukup jauh dari kosnya. Untuk pergi-pulang ke tempat kerja, dia harus menggunakan keretaSMRT.

Di Resto Pastamania itu, cewek 21 tahun tersebut magang (bekerja) sebagai pramusaji. Program magang itu merupakan bagian program studinya di Akademi Pariwisata Group Studi dan Pelatihan International (GSP International) Surabaya. Dia tinggal sebulan lagi menyelesaikan program magang enam bulan tersebut.

Tapi, bukannya pengalaman manis dan ilmu yang didapatkan selama lima bulan tinggal di negeri jiran. Febi mengaku selama itu dirinya harus bekerja keras agar bisa bertahan hidup di perantauan. ’’Padahal, kami sudah mengeluarkan banyak uang untuk mengikuti program ini. Janjinya juga banyak yang tidak sesuai dengan kondisi di sini,’’ ujarnya.

Untuk mengikuti program magang di Singapura tersebut, Febi harus mengeluarkan uang Rp 6 juta. Uang itu digunakan untuk pengurusan paspor, fiskal, dan tiket pesawat Surabaya–Batam (dilanjutkan menyeberang ke Singapura menggunakan feri). Pemondokan selama tinggal di Singapura ditanggung agency yang akan menyalurkan mahasiswa ke tempat magang.

’’Sebenarnya bukan ditanggung agency, melainkan dipotongkan dari upah saya bekerja,’’ tutur mahasiswi yang tinggal di kawasan Juanda tersebut. Menurut Febi, program magang itu tidak layak disebut pendidikan. ’’Bilang saja sejak dulu kalau kita mau dipekerjakan,’’ ujarnya dengan nada tinggi.

Dia menilai, program magang yang digagas kampusnya (GSP-International) itu merupakan sebuah penipuan ketenagakerjaan. Sebab, kata Febi, materi magang yang dia terima tidak seperti yang dijanjikan sebelum berangkat lima bulan silam. ’’Izin masuk ke Singapura saja, kami harus bohong dengan tujuan wisata,’’ tegasnya.

Di tempat kerja, Febi benar-benar merasa nelangsa. Sebab, dia ternyata dipekerjakan sebagai pramusaji alias pelayan di sebuah kafe/restoran.

Apalagi, jarak antara tempat kos dengan tempat kerja cukup jauh. Dia harus naik kereta SMRT pergi-pulang. ’’Ongkosnya bayar sendiri. Ya lumayan, 4 dolar Singapura PP. Paling mahal dibanding ongkos teman-teman,’’ ungkapnya.

Belum lagi biaya makan dan tetek-bengek lainnya yang tidak sedikit. ’’Pokoknya, upah sebulan saya habis,’’ tambahnya.

Sebulan, Febi mendapat upah 950 dolar Singapura. Namun, setiap gajian, sudah dipotong 600 dolar oleh agency untuk membayar kos-kosan. Sisanya untuk hidup dengan kondisi pas-pasan. Di antaranya, 168 dolar untuk transportasi ke tempat kerja. Untuk makan, Febi menggantungkan jatah dari kantornya. Hanya, sesekali dia membeli mi instant untuk makan malam di kos-kosan.

’’Untuk minum saja, saya harus ambil air di tempat kerja untuk saya bawa pulang. Kalau tidak begitu, pengeluaran saya bias tambah banyak,’’ ujarnya. ’’Terus terang, sampai saat ini saya belum bisa menabung karena memang tidak ada yang bisa ditabung,’’ imbuhnya.

Febi tidak berani bertanya kepada agency-nya soal ketidakberesan yang dirasakan itu. Sebab, untuk setiap pertanyaan yang bernada protes, agency akan mendenda peserta program. Selain itu, denda diberikan kepada penghuni kos-kosan yang melanggar aturan. ’’Dendanya sekitar 50 dolar Singapura. Untungnya, saya belum pernah kena denda,’’ paparnya.

Dia menyesalkan senior-seniornya di GSP yang tidak pernah bercerita tentang realitas program magang di Singapura tersebut. ’’Apa mereka tidak punya perasaanya?’’ ujarnya.

Di kos-kosan’ yang kumuh dengan dua tong sampah besar penuh sampah di dalam ruangan, Jawa Pos juga bertemu enam mahasiswa dari perguruan tinggi berbeda. Mereka adalah Noval Tridianto dari Cilacap, Ninik Sri Lestari (Jogja), Jamalludin Bashori (Madura), Ida Bagus Ade Prayoga Sandhi (Bali), I Kadek Dody Darwin (Bali), dan Utaminingrum (Jogja).

Mereka juga peserta program magang seperti yang dilakoni Febi. Di Singapura, mereka berkumpul di bawah koordinasi agency yang sama: Simons Agency.

’’Total di kos-kosan ini, tinggal 24 mahasiswa Indonesia,’’ ujar Uut, sapaan akrab Utaminingrum.

Seperti halnya Febi, Uut juga merasakan kekecewaan menjalani program magang itu. Misalnya, soal gaji yang sudah dipotong agency. ’’Saya merasa tertipu. Suakit hati ini,’’ ujarnya lantas memeluk temannya, Ninik Sri Lestari, dengan mata berkaca-kaca.

Uut menunjukkan kontrak kerjanya. Di kontrak kerja itu tertulis bahwa dia berhak menerima gaji 950 dolar Singapura. Kenyataannya, dia hanya menerima 350 dolar. ’’Semua anak di sini terima 350 dolar,’’ ujar mahasiswi asal Jogjakarta tersebut.

’’Itu sangat berbeda dari tempat saya magang di Malaysia tahun lalu,’’ imbuh perempuan berkulit putih tersebut.

Sementara itu, Rabu (8/4), Jawa Pos mengonfirmasi ke Kampus GSP International di kawasan Basuki Rahmat Surabaya soal kondisi mahasiswanya yang menjadi peserta program magang di Singapura. Lembaga yang didirikan pada 2000 tersebut berada di lantai dua Gedung Gelael, samping Tunjungan Plaza. GSP berpusat diJakarta dan memiliki cabang di beberapa daerah. Di antaranya di Tangerang, Surabaya, Bali, Malang, dan Jogjakarta.

Menurut Saiful, salah seorang staff manajemen GSP, mahasiswa GSP International sebenarnya tidak diwajibkan mengikuti magang di luar negeri. ’’Keluar negeri atau tidak, itu pilihan si mahasiswa,’’ ujarnya.

Namun, kata dia, nilai sertifikat luar negeri akan berbeda dibanding yang di dalam negeri. Untuk magang ke luar negeri, mahasiswa diwajibkan membayar biaya transportasi Rp 4 juta–Rp 5 juta untuk berangkat ke Singapura. ’’Kami punyaagency atau semacam lembaga outsourcing di sana,’’ ujarnya. ’’Agency itulah yang mengatur tempat tinggal dan di mana mahasiswa magang,’’ jelas anggota tim program magang di Singapura itu.

Dia menjelaskan, selama proses magang di Singapura, setiap mahasiswa akan mendapatkan gaji 350 dolar. Jika dikurskan dalam rupiah, jumlah uang dolar Singapura itu memang terlihat besar, sekitar Rp 2 juta. Namun, jika untuk biaya hidup di sana, uang itu jadi sangat kecil.

Saat dijelaskan bahwa gaji 350 dolar itu tidak cukup untuk hidup di Singapura, Saiful menjawab, ’’Ya mereka harus mencari tambahan dengan overtime(melembur, Red).’’ Saat ditanya apakah ada pengawas GSP International di Singapura? Saiful menjawab, ’’Semua sudah ditangani agency di sana.’’ (*/ari)

- Waspadai janji-janji manis yang bersifat jebakan !!!

- Hati-hati sekolah yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan mahasiswa


Di Kutip dari Harian Jawapos, Minggu 12 April 2009

Kejahatan Berbanding Lurus Pengangguran


PENGANGGURAN Kota Surabaya naik 100%.Apakah maraknya perampokan terkait dengan jumlah pengangguran? Kriminolog asal Malang Reinekso Kartono mengungkapkan, kejahatan adalah anak dari sebuah kemiskinan dan kemiskinan adalah saudara dari pengangguran.



Dari perkataan tersebut, dia menjabarkan bahwa jumlah kejahatan akan berbanding lurus dengan jumlah kemiskinan.“Semakin banyak masyarakat miskin di suatu tempat, maka kejahatan yang terjadi juga tinggi,” tandasnya. Kejahatan lebih sering terjadi akibat desakan ekonomi, khususnya pada kejahatan jalanan. Masyarakat yang sudah terdesak secara ekonomi akan nekat melakukan berbagai tindakan guna memenuhi kebutuhan mereka.Mereka lebih cenderung melakukan kejahatan terlebih lagi jika pilihan lain semakin kecil.



“Jika masalah ekonomi bisa diatasi, maka masalah kejahatan juga bakal teratasi,” tandasnya Selain itu, kata Reinekso,maraknya kejahatan yang belakangan terjadi juga bisa disebabkan faktor guncangan politik.Dengan adanya pemilu yang jelas menguras tenaga dan perhatian polisi karena lebih banyak terkonsentrasi pada pengamanan sehingga membuka peluang pada para pelaku kejahatan untuk bertindak.

“Dengan adanya peluang berupa longgarnya pengaman jelas akan diikuti dengan peningkatan kejahatan.Para pelaku kejahatan akan selalu dan memanfaatkan celah untuk bertindak,”tegasnya. Sementara itu,Kabag Bina Mitra Polwiltabes Surabaya AKBP Sri Setya Rahayu mengungkapkan, krisis finansial global yang juga berdampak pada kondisi ekonomi serta peningkatan pengangguran memang punya pengaruh terhadap peningkatan kejahatan. Dengan kondisi terpepet sering kali timbul niat jahat.

“Namun yang perlu diingat bahwa tidak semua kejahatan semata akibat kondisi ekonomi. Namun juga ada faktor lain, itu kembali pada kondisi masyarakatnya,” tandas polwan yang akrab di panggilYayuk ini. Dia menandaskan, peningkatan kejahatan belakangan ini lebih banyak akibat terbukanya peluang karena keamanan lebih dikonsentrasikan pada pemilu.Dengan kondisi seperti itu memicu para pelaku untuk beraksi.“Ambil contoh adalah curanmor,ketika anggota rutin melakukan patroli,maka akan berkurang. Tapi sebaliknya, jika pengamanan berkurang akan marak,” tandasnya.


Dalam menyikapi masalah ini, langkah yang bisa diambil adalah dengan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat.Dengan demikian, masyarakat dengan sendirinya akan mampu menjaga situasi lingkungannya. “Jika masih banyak terjadi kejahatan, berarti pendekatan polisi terhadap masyarakat di wilayah itu masih belum maksimal,” katanya.


Pengangguran Tinggi karena Kesalahan Pemkot. Tingginya jumlah pengangguran di
Surabaya dinilai kalangan buruh sebagai imbas buruknya kinerja pemerintah kota.Mereka menganggap selama ini Pemkot gagal dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi korban pemutusan hubungan kerja (PHK).

Indikasi tersebut terbukti dari minimnya program pemberdayaan atas para pengangguran. Bahkan program pelatihan yang digagas setiap tahun pun tak lebih dari wacana saja. Sementara realisasinya tidak pernah ada sama sekali. “Selama ini Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) memang sering menggembar- gemborkan program pelatihan dan keterampilan bagi pengangguran.


Tetapi itu hanya di atas kertas saja, wujudnya tidak ada,” sindir Koordinator Divisi Advokasi Serikat Buruh Kerakyatan (SBK) Kota Surabaya Jamaludin kemarin. Fakta tersebut,kata Jamaludin, seperti terjadi pada korban PHK yang melapor.Hingga saat ini mereka belum pernah diberi keterampilan. Apalagi sampai mendapatkan pekerjaan kembali.Kenyataan inilah yang menurutnya cukup memilukan. Pasalnya,Pemkot Surabaya memiliki tanggung jawab penuh atas kelangsungan mereka.


Pria yang juga Koordinator Alinasi Buruh Menggugat Jatim ini menambahkan, selain industri yang kolaps, tingginya pengangguran (korban PHK) sejatinya adalah imbas dari buruknya manajemen di perusahaan, yakni dengan menerapkan sistem outsourcing bagi karyawan. Dengan demikian,mereka pun bisa dengan mudah dikeluarkan.“ Data kami,dari total pengangguran di
Surabaya ini,70% di antaranya adalah karena karyawan outsourcingyang terkena PKH.Ini sungguh mengkhawatirkan,”tuturnya.


Ironisnya, kondisi tersebut tidak pernah mendapat perhatian serius dari pemerintah
kota. Sejumlah perusahaan nonpenunjang yang tetap memakai sistem outsourcing tetap dibiarkan beroperasi dan tidak mendapat sanksi.Padahal, nyata-nyata hal itu dilarang. “Kalau perusahaan itu sekadar mengurusi catering atau cleaning servicemungkin tidak masalah.Tetapi mereka ini kan perusahaan dengan pekerjaan utama. Seharusnya tidak boleh ada outsourcing,” tegasnya.


Pihaknya berharap Disnaker untuk lebih serius lagi dalam mengatasi pengangguran itu,yakni segera memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka dan memberi sanksi tegas untuk perusahaan yang melanggar. Kepala Disnaker Kota Surabaya Achmad Syafii menampik tudingan itu. Dia mengaku program pelatihan selalu dilakukan setiap tahun,termasuk juga penempatan pengangguran ke sejumlah perusahaan. “Saat ini saja sudah ada 3.500 pengangguran yang kami salurkan ke pekerjaan baru.


Ini melampaui target kami yang hanya 20.200/tahun,”bantahnya. Khusus untuk pelatihan pengangguran, menurut Syafii,justru dibagi dalam dua jenis,yakni berbasis kompetensi dengan materi pelatihan seperti permintaan dunia usaha serta berbasis kemasyarakatan dengan model keterampilan sesuai bakat. Jadi,penanganan pun dinilai lebih maksimal.


Terkait praktik outsorcing, pria ramah ini mengakui memang ada. Meski demikian, selama ini pihaknya jarang mendapat laporan atas temuan itu.“Kami selalu respek dengan pelanggaran itu. Karena itu, jika ada temuan segera lapor kepada kami,” tuturnya. (lutfi yuhandi / ihya’ ulumuddin)

SINDO, Selasa - 24 Maret 2009