2009/03/28

SURABAYA HOTEL SCHOOL
Kuliah Singkat, Kerjapun Dapat
di kutip dari Harian Kompas, 30 Juni 2008

Kalimat tersebut bukan slogan kosong bila melihat kenyataan di Surabaya Hotel School atau SHS. Tak satu pun lulusan SHS yang kesulitan mencari kerja. Lembaga pendidikan dan pelatihan tenaga profesi perhotelan itu bahkan selalu kekurangan lulusan untuk memenuhi permintaan kerja.

Direktur Eksekutif SHS Bagus Supomo menunjukkan daftar permintaan tenaga kerja yang mengalir ke SHS. Pada Maret 2008, SHS menerima permintaan tenaga kerja dari 60 perusahaan. Setiap perusahaan rata-rata meminta tiga hingga empat tenaga kerja perhotelan. Artinya, pada Maret saja, SHs menerima permintaan sebanyak 200 tenaga kerja perhotelan.

Setiap bulan, kata Bagus, SHS menerima rata-rata 150 permintaan tenaga kerja dari hotel, restoran, rumah sakit internasional, maupun kapal pesiar. Dalam setahun, jumlah permintaan tenaga kerja ke SHS rata-rata mencapai 1.800 orang. Padahal, SHS hanya mampu meluluskan sebanyak 750 mahasiswa per tahun. "Itu sudah jumlah maksimal mahasiswa yang bisa kami tampung." Kata Bagus di Surabaya, Sabtu ( 28/6)

karena jumlah lulusan yang sangat terbatas, tak jarang perusahaan bersedia mempekerjakan atau memesan mahasiswa yang belum lulus. Tak jarang pula mahasiswa SHS bekerja selagi menyelesaikan pendidikannya. Jenis-jenis pekerjaan itu meliputi kasir, pramugari kapal, perancang desain interior, sampai general manajer hotel.

Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan itu memang masih dipandang sebagai pekerjaan kelas dua di Indonesia. Sebagian besar lulusan sekolah menengah atas masih dituntut meraih gelar sarjana. "Namun, justru tenaga kerja yang terampil itu yang sekarang di cari, "Kata Bagus.

Khusus di bidang perhotelan, kata Bagus, orang dihargai untuk apa yang bisa ia lakukan, bukan apa yang ia ketahui. "Jadi pintar saja tidak cukup. Buktinya sekarang banyak sarjana yang nganggur," kata Bagus yang mendirikan SHS bersama dua sahabatnya, Lukman Hakim dan Bambang Hermanto.

Keterampilan Spesifik

Menurut Bagus, pekerjaan di bidang perhotelan sangat spesifik dan membutuhkan keterampilan khusus. Pekerjaan membersihkan kamar di hotel pun memiliki prosedur ketat demi kepuasan dan privasi pelanggan. Akuntansi perhotelan pun, tak akan bisa di selesaikan oleh sarjana akuntansi sekalipun, bila tidak memiliki pengetahuan di bidang perhotelan.

Ini karena usaha perhotelan sangat berbeda dengan jenis usaha lainnya. Hotel tak hanya menjual barang, tetapi juga jasa. Karyawan hotel pun harus mampu memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan.

Bagus mengatakan, orang indonesia sebenarnya sudah memiliki modal dasar untuk menjadi tenaga kerja yang andal di bidang perhotelan. "Perusahaan asing sangat suka tenaga kerja asal Indonesia karena mereka terkenal ramah, sopan, religius, dan mau kerja keras," kata Bagus.

Sekitar 30 persen lulusan SHS bekerja di luar negeri, mulai dari Amerika Serikat, Australia, dan Malaysia. Bahkan, pada awal 2008, International Enterprise Singapore di bawah kementrian Industri dan Perdagangan Singapura berkunjung untuk menjajaki kemungkinan kerja sama dengan SHS.

Modal dasar itu kemudian dipoles dan diperkaya dengan berbagai keterampilan di SHS. Dengan masa pendidikan satu tahun, mahasiswa memperoleh 19 Materi Wajib, Sebagian besar mata kuliah disajikan dalam bentuk praktikum oleh 70 Instruktur SHS yang seluruhnya praktisi di bidang perhotelan.

Di Tuntut Berpikir

Namun, Keterampilan tanpa otak akan membuat tenaga kerja tidak kreatif. Oleh Karena itu, selain padat praktikum, proses pengajaran di SHS juga menitikberatkan pada pemecahan masalah.

Setiap bulan, mahasiswa dituntuk berpikir untuk mencari akar permasalahan yang diberikan dan mencari jalan keluarnya. Tatap muka dengan pengajar di SHS hanya berupa diskusi. "Koki yang terbiasa berpikir akan mampu membuat kreasi-kreasi masakan baru, bukan menu yang standar, sehingga pelanggan tidak bosan, " kata Bagus.

Peminat Meluap

Setiap tahun ajaran baru, SHS menerima lebih dari 1.000 pendaftar atau 25 persen lebih banyak dari kapasitas yang tersedia


BUKA USAHA SENDIRI, MODAL KETRAMPILAN DARI SHS

Keputusan yang diambil Andrew Budiyanto bisa jadi pertimbangan calon siswa. Betapa tidak? Saat ini Andrew sesungguhnya sudah menyabet gelar sarjana management sebuah perguruan tinggi ternama di Surabaya. Tapi ia merasa perlu kuliah lagi di SHS, karena ia memandang dunia perhotelan prospeknya cukup bagus. "Di SHS saya merasa mendapat modal ketrampilan untuk buka usaha sendiri, entah Restoran atau bahkan Hotel ", tukas Andrew bersemangat.

Tidak semua siswa ingin bekerja di suatu perusahaan setelah lulus, tidak sedikit yang mengintip peluang lain, yaitu membuka usaha sendiri, bisa dalam bentuk Penginapan, Losmen, Cafe, Resto bahkan Hotel. Seperti halnya Yulin Paulina Noway asal Papua ini. Lulusan SMA Negeri 2 Jayapura tahun 2004 ini awalnya memperdalam bahasa Inggris di London selama 3 bulan, kemudian melanjutkan ke Australia selama 1,5 tahun. Sekarang ia masuk SHS dengan naitan yang beda dengan kebanyakan teman-temannya. "Saya ingin mendalami dunia hotel, terutama ilmu perhotelan dan lingkungan perhotelan," tuturnya. Maklum di Biak-Papua orang tuanya sudah mempunyai Hotel, ia ingin meneruskan dan mengembangkan usaha orang tuanya.

Begitu juga dengan Simon Biantoro, yang mengambil Program 12 Bulan Perhotelan di SHS, padahal ia alumnus sebuah perguruan tinggi pariwisata ternama di Surabaya. "Saya ingin mendalami ilmu perhotelan yang nyata (banyak praktek), karena di tempat kuliah saya kemarin (lulus th. 2005 dalam 6 semester) hanya teori saja," tandasnya. Simon mersa praktek sangat penting di dunia perhotelan.

Itu sebabnya di SHS juga diajarkan mata kuliah kewirausahaan. Agar siswa bisa mengembangkan modal yang ada dalam dirinya. Kalau satu siswa bisa membuka usaha Resto, akan mendulang tidak kurang dari 15-20 tenaga kerja, coba bayangkan bila ada 10 saja siswa yang membuka usaha sendiri, apalagi usaha Perhotelan, berapa tenaga kerja yang diserap langsung dari teman-temannya ini?", kata Drs. Herman Basuki, Direktur Pendidikan SHS merinci logika serapan tenaga kerja, bila SHS berhasil mendidik wirausaha bagi alumninya.

"Salah satu mata kuliah kewirausahaan ini dalam bentuk praktek jualan apa saja di kampus. Ada yang mengambil 4 hari ada yang 2 hari. Mereka kami beri kebebasan. 1 kelas kami bagi 4 kelompok rata-rata per kelompok 6 siswa", tukas Kartika Pratiwi, SS., Mpd salah satu instruktur dari mata kuliah ini. Bagaimana menyerap dan peka terhadap pasar di lingkungannya, ini yang menjadi point penting dari praktek kewirausahaan ini. "Jadi usai praktek ini mereka harus membuat laporan, mulai dari mana modal yang didapat, bagaimana membuat laporan keuangan?, keuntungan berapa? semuanya bisa dijadikan laporan yang mudah dibaca," tambahnya instruktur kewirausahaan ini.